Salendang Khas Nagari Kotogadang
Oleh : Fahresa Jufrina
Instansi/ jurusan : Universitas Andalas/ Sastra Minangkabau
Tempat/ Tanggal : padang, 25 Maret 2024
Salendang merupakan pakaian tradisional yang masih eksis digunakan sampai sekarang ini. Salendang biasanya digunakan oleh perempuan-perempuan minangkabau pada acara-acara adat dan pernikahan bahkan pada acara-acara resmi. Kegemaran perempuan minang menggunakan salendang membuat salendang tak hanya terkenal di Sumatera Barat bahkan di luar Sumatera Barat hingga luar negeri. Salendang Kotogadang dianggap memiliki keindahan tersendiri baik dalam bentuk motif, teknik pembuatan bahkan bahan yang digunakan. Jadi, sudah tak heran lagi salendang Kotogadang kian lama makin banyak memikat pembeli. Salendang Nagari Kotogadang yang cukup terkenal ialah salendang sulaman suji caia, salendang sulaman kapalo samek, salendang sulaman kalengkang dan salendang sulaman terawang.
Salendang sulaman suji caia atau yang biasa dikenal dengan sebutan suji caie merupakan salah jenis sulaman tertua di Nagari Kotogadang. Salendang sulaman suji caia meupakan jenis sulaman pertaman di Nagari Kotogadang. Masyarakat Kotogadang sendiri mulai menyulam pada awalan abad ke-17. Pada mulanya pewarnaan benang dilakukan menggunakan pewarna alami berupa dedaunan, berbagai jenis kembang, dan sebagainya, namun sekarang ini telah digantikan dengan benang berbagai warna mulai dari warna muda hingga warna yang lebih tua.
Untuk harga salendang sulaman suji caie sendiri dijual mulai dari harga dua jutaan dan dianggap sebagai salendang sulaman paling mahal dari jenis sulaman lainnya. Dalam proses pembuatannya salendang sulaman suji caia memerlukan waktu sekitar 6 bulan dan merupakan salendang dengan proses pembuatan terlama. Satu helai salendang suaman suji caia memerlukan sekitar 40-50 ikat benang dengan bahan suto. Salendang sulaman suji caia sendiri biasanya digunakan oleh perempuan-perempuan yang telah menikah dengan dua pembagian motif sulaman. Sulaman dengan motif sedikit berjarak biasanya dikenakan perempuan yang sudah berusia hingga tua sedangkan sulaman dengan motif yang rapat/ padat dikenakan perempuan muda.
Salendang suji caia memiliki kemiripan dengan salendang bordir. Pada pembuatannya salendang suji caia dilakukan menggunakan tangan, dengan menyulam satu persatu motif bunga yang ada. Keunggulan selendang sujia caia dibandingkan salendang bordir ialah dari tampak depan dan belakang yang memiliki ke halusnya dan kerapian sama, namun berbeda dengan sulaman bordir yang hanya halus disisi depan saja.
Salendang sulaman kapalo samek merupakan sulaman hasil kreasi dari salendang sulaman suji caia. Tak jauh berbeda dengan salendnag sulaman suji caia, salendang sulaman kapalo samek juga terbagi menjadi 2 motif. Motif yang dominan berjarak dan memiliki warna sedikit lebih tua seperti warna hijau dan warna nila. Sedangkan motif yang lebih padat digunakan wanita yang dapat dikatakan baru menikah dengan kombinasi warna merah dan kuning.
Pembuatan salendang sulaman kepalo samek lebih sedikit cepat dibandingkan salendang sulaman suji caia yaitu sekitar 2-3 bulan saja. Namun biarpun lebih cepat 3 bulan pembuatannya tetap memerlukan kesabaran yang besar serta ketelitian dan ketekunan. Salendang sulaman kapalo ameh memiliki tekstur yang sedikit kesat serta sisi depan dan belakangnya mempunyai perbedaan yang disebabkan oleh proses pembuatannya. Salendang sulaman kapalo ameh sendiri saat ini telah banyak ditiru oleh para pengrajin luar Nagari Kotogadang serta telah dikembangkannya juga menjadi baju. Dan untuk harga salendang kapalo samek juga lebih nurah dibandingkan salendang sulam suji caia yaitu dijual mulai harga satu jutaan hingga dua juta tergantung kepada motif sulamannya.
Salendang sulaman kalengkang merupakai salah satu salendang khas perempuan yang sudah menikah di Nagari Kotogadang. Sama halnya dengan salendang sulaman suji caia salendang sulaman kalengkang hanya dapat ditemukan di Nagari Kotogadang, berbeda dengan salendang sulaman kapalo samek. Selain digunakan sebagai salendang, sulaman ini sendiri juga divariasikan sebagai tangkuluak. Nama salendang sulaman kalengkang berasal dari nama benang yang digunakan yaitu benang kalengkang.
Benang kalengkang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan benang salendang lainnya yaitu terletak di bahan dasar pembuatan. Benang yang digunakan berwarna silver dan kuning keemasan, mengkilat serta berbentuk lebih pipih di bandingan benang lainnya. Dibalik keunikannya salendang sulaman kalengkan tidak seterkenal saledang lainnya dimata masyarakat dikarenakan lebih kaku dan benang yang digunakan harus dibeli dil uar Sumatera Barat yakni kota Medan. Selain memiliki benang yang unik salendang sulaman kalengkang memiliki waktu tertentu dalam pembuatnya yaitu pada udara dingin guna mempermudah proses penyulaman. Waktu yang diperlukan dalam pembuatan sekitar 1 bulan dan dibandrol dengan harga satu jutaan.
Dan yang terakhir ialah salendang terawang, berbeda dengan salendang lainnya salendang terawang tidak hanya dikenakan pada acara-acara adat namun juga dikenakan sebagai pakaian sehari-hari perempuan Nagari Kotogadang. Salendang tarawang juga dibagi menjadi dua pengguna, yang pertama dikenakan oleh perempuan tua dengan warna yang lebih tua begitu juga sebaliknya, perempuan muda dapat mengenakan warna yang lebih muda.
Bukittinggi dan Solok juga merupakan daerah penghasil salendang terawang. Untuk harga salendang terawang di bandrol di bawah satu juta. Salendang terawang ini juga dikreasikan penyulam menjadi baju kebaya dan baju kurung. Motif salendang terawang juga sangat lah beragam bahkan motif terebut memiliki arti tersendiri. Adapun jenis motifnya ialah, pertama salendang terawang bukik filet, biasanya dikenakan perempuan yang sudah punya menantu atau bercucu, kedua terawang biaro biasanya dikenakan perempuan yang janda dan ketiga salendang terawang kumbang hampir sama dengan salendang bukik filet namun salendang kumbang memiliki motif yang seperti kumbang dan biasanya dapat dikenakan sehari-hari.