Pengembangan Seni Berbasis Silek
leh Debby Ramadhani, Mahasiswa Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas.
Jika dirujuk dari buku berjudul Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karangan Mid Djamal (1986), maka dapat diketahui bahwa para pendiri dari Silek (Silat) di Minangkabau adalah
• Datuk Suri Dirajo diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan, Padangpanjang, Sumatera Barat.
• Kambiang Utan (diperkirakan berasal dari Kamboja).
• Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerah Champa),
• Kuciang Siam (diperkirakan datang dari Siam atau Thailand) dan
• Anjiang Mualim (diperkirakan datang dari Persia).
Pada masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri. Nama-nama mereka memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam dari mana sebenarnya mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas.
Mengingat hubungan perdagangan yang berumur ratusan sampai ribuan tahun antara pesisir pantai barat kawasan Minangkabau (Tiku, Pariaman, Air Bangis, Bandar Sepuluh dan Kerajaan Indrapura) dengan Gujarat (India), Persia (Iran dan sekitarnya), Hadhramaut (Yaman), Mesir, Campa (Vietnam sekarang) dan bahkan sampai ke Madagaskar pada masa lalu, bukan tidak mungkin silat Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki. Sementara itu, dari pantai timur Sumatra melalui sungai dari Provinsi Riau yang memiliki hulu ke wilayah Sumatera Barat (Minangkabau) sekarang, maka hubungan beladiri Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan Champa bisa terjadi karena jalur perdagangan, agama, ekonomi, dan politik.
Beladiri adalah produk budaya yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan pada masa itu. Perpaduan dan pembauran antar beladiri sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari penelitian itu bisa saja diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan bangsa-bangsa yang disebutkan di atas. Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara.
Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa langkah silat di Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun di balik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah jiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika diuraikan akan menjadi selebar alam)
Berkembangnya peradaban mengiringi perubahan, siklus, pola dan kebiasaan serta selalu menghadirkan kebiasaan dan budaya dalam kehidupan manusia. Perkembangan dan perubahan peradaban harus diiringi agar tercapai kemajuan serta mampu bersaing dengan bangsa lain. Tetap mempertahankan landasan dan jati diri yang dimiliki.
Menurut, Sumanto (2005: 11) kreativitas seni rupa adalah kemampuan menemukan, menciptakan, membuat, merancang ulang dan memadukan sesuatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru yang divisualisasikan ke dalam komposisi suatu karya seni rupa dengan dukungan kemampuan terampil yang dimilikinya.
Silek merupakan salah satu warisan jati diri dan kebudayaan nenek moyang masyarakat Minangkabau. Beladiri asli Minangkabau ini berfungsi sebagai pertahanan diri dan pertahanan wilayah, selain itu merupakan sarana pendidikan pembentukan karakter masyarakat. Gerakan silek diciptakan oleh nenek moyang Minangkabau dengan nilai, kearifan, jati diri serta unsur yang mengambil gerakan - gerakan dari alam dan kehidupan. Sebagaimana filosofi hidup masyarakat Minangkabau yang berfilosofi Alam Takambang Jadi Guru.
Dalam perkembangannya, Silek di Minangkabau berkembang melewati perubahan peradaban dan pengaruh dimulai sejak zaman kepercayaan, masuknya islam hingga saat ini. Silek juga berkembang menjadi berbagai aliran yang berbeda namun memiliki dasar kesamaan yaitu berakar kepada silek awal seperti silek pangka, silek tuo, silek kampuang serta silek lainnya yang merupakan cikal bakal silek di Minangkabau. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan aliran silek di Minangkabau adalah faktor Adaik Salingka Nagari, dimana wilayah dan masyarakat Minangkabau memiliki wewenang untuk mengembangkan kebudayaan sesuai dengan kondisi dan cara wilayah masing - masing. Lahia Silek Mancari Kawan, Bathin Silek Mancari Tuhan yang awal mulanya lahir dari filosofi salah satu aliran silek di Minangkabau yang kemudian menjadi filosofi silek saat ini.
Diantaranya 2 tahun terakhir, menyadari silek sebagai jati diri, kebudayaan dan beladiri asli Minangkabau telah terbentuk 2 pergerakan yang cukup besar menghimpun para pelaku, penggiat, pengamat, pecinta dan masyarakat silek yang fokus kepada silek tradisi. Pahimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabau, pergergerakan ini fokus dalam upaya mengembalikan kearifan dan jati diri Silek Tradisi sebagai bagian dari adat Minangkabau. Hingga saat ini pergerakan ini telah terbentuk hingga ketingkat daerah yaitu Pahimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabau Solok Selatan dan Pahimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabau Luak Limo Puluah dan akan diiringi terbentuk ke wilayah lainnya di tanah Minangkabau. Upaya yang telah dan akan terus dilaksanakan diantaranya berbagai pertemuan dan kegiatan yang bertujuan sebagai sarana silaturahmi, diskusi, publikasi, dan promosi kepada pelaku, penggiat, pecinta hingga masyarakat umum terhadap Silek Minangkabau dengan melibatkan berbagai penggerak dari latar belakang dan profesi yang berbeda, bertemu dan satu tujuan untuk mempertahankan silek tradisi Minangkabau.
Dengan tujuan dan niat yang sama, beberapa waktu terkahir ini juga telah terlaksana sebuah kegiatan perhelatan dengan tema Alek Minangkabau Silek Retreat yang merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan sebagai salah satu kegiatan fasilitasi dan silaturahmi Silek Tradisi Minangkabau mulai dari pelaku, penggiat, pecinta, masyarakat umum hingga warga negara asing yang mengaggumi dan ingin mempelajari Silek serta kebudayaan Minangkabau lainnya. Kegiatan perdana ini dihadiri oleh pelaku silek tradisi Minangkabau dan peserta dari 9 Negara. Alek Minangkabau Silek Retreat sendiri merupakan salah satu bagian dari munculnya Minangkabau Silek Retreat yang berupaya menelusuri kembali jati diri serta kearifan silek berupa wadah penelitian, fasilitasi, pengkajian, silaturahmi yang diharapkan kedepan menjadi sebuah yayasan tempat berkumpulnya para pelaku, penggiat, pemerhati, pecinta hingga masyarakat umum dan internasional yang bertemu dan satu tujuan untuk mempertahankan silek tradisi Minangkabau.