Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani: Tokoh Tasawuf dan Pemikiran Islam Aceh Dar Al -Salam
Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani, yang juga dikenal sebagai Syamsuddin Pasai, adalah salah satu tokoh yang penting dalam sejarah intelektual dan spiritual Islam di Aceh Dar Al-Salam pada akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Lahir pada masa keemasan Kerajaan Islam Aceh Dar Al-Salam, masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Mukamil (1589-1604) sampai kepada masa Ratu Taj Al Alam Safiatuddin, Syekh Syamsuddin mencatatkan namanya dalam sejarah dengan kontribusi besar dalam bidang tasawuf dan pemikiran Islam.
Tidak banyak informasi yang tersedia mengenai detail kehidupan pribadi Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani, termasuk tanggal pasti kelahiran dan kematian beliau. Namun, dalam Bustan al Salatin karya Syekh Nuruddin Al-Raniri, disebutkan bahwa Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani wafat pada tahun 1039 H/1630 M. Meskipun begitu, warisan pemikiran dan karya-karya beliau tetap menjadi penanda penting dalam sejarah intelektual Aceh.
Salah satu ciri khas dari ajaran Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani adalah pemahaman mengenai Martabat Tujuh, yang merupakan konsep sentral dalam tasawuf. Beliau mewariskan pemahaman ini dari gurunya, Hamzah Fansuri, yang merupakan tokoh aliran Wujudiyah. Karya-karya beliau, seperti Jawhar al-Haqa’iq, menjadi landasan utama dalam pemahaman terhadap Martabat Tujuh dan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Selain itu, beliau juga menulis karya-karya lain dalam bahasa Arab dan Melayu (Jawi), yang mencakup berbagai aspek keimanan dan praktik spiritual. Misalnya, Mir’at al-Mu’mimin membahas tentang keimanan kepada Allah, Rasul, Kitab, Malaikat, dan lainnya. Sedangkan Syarah Syair Ikan Tongkol merupakan ulasan terhadap syair Hamzah Fansuri yang membahas tentang Nur Muhammad dan cara mencapai fana di dalam Allah.Begitu juga, beberapa karya lainnya seperti Nur al-Daqa’iq, Thariq al-Salikin, dan Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, juga menjadi kontribusi berharga dari Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani dalam memperkaya pemikiran dan tradisi tasawuf di Aceh.Meskipun karya-karya Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani tidak banyak tersimpan di Perpustakaan Nasional RI, namun ada satu naskah fotokopi yang berjudul "Piagam Kecil dari Syamsuddin", yang memberikan wawasan tambahan mengenai pemikiran beliau tentang wujudiyyah dan martabat serta sifat-sifat spiritual.Dengan kontribusi besar dalam bidang tasawuf dan pemikiran Islam, Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani tetap menjadi salah satu tokoh yang berpengaruh dalam sejarah keintelektualan Aceh Dar Al-Salam, meninggalkan jejak yang berharga bagi generasi-generasi selanjutnya untuk memahami dan mengapresiasi warisan intelektual Islam di wilayah tersebut.
Selain kontribusinya dalam bidang tasawuf dan pemikiran Islam, Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam ranah sosial dan politik Aceh Dar Al-Salam pada zamannya. Sebagai seorang ulama dan pemikir yang dihormati, beliau tidak hanya dikenal karena karya-karyanya dalam bidang spiritual, tetapi juga sebagai figur yang berperan dalam membentuk kesadaran dan identitas Islam di Aceh.
Dalam konteks politik, Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani turut memberikan nasihat dan pandangan-pandangan penting kepada para penguasa dan elit politik di Aceh. Kehadirannya sebagai seorang intelektual dan spiritualis memberikan legitimasi dan dukungan moral bagi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah pada masa itu. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Ajaran-ajaran beliau tentang kasih sayang, keadilan, dan toleransi juga memainkan peran penting dalam membangun harmoni antara berbagai kelompok masyarakat di Aceh.
Selain itu, peran beliau sebagai pengajar dan mentor tidak bisa diabaikan. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu tasawuf dan pemikiran Islam kepada murid-muridnya, tetapi juga memberikan teladan moral dan spiritual yang menginspirasi generasi muda Aceh.Terlepas dari keterbatasan informasi yang tersedia, warisan pemikiran dan praktik spiritual Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani tetap hidup dan relevan hingga saat ini. Karya-karya beliau terus menjadi sumber inspirasi bagi para pencari kebenaran dan kebijaksanaan di Aceh dan di seluruh dunia Islam.
Selain kontribusinya dalam bidang tasawuf, pemikiran Islam, dan peran sosial-politik, Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani juga dikenal karena hubungannya dengan tokoh-tokoh intelektual dan spiritual lainnya pada masanya. Salah satu hubungan yang mencolok adalah hubungannya dengan Hamzah Fansuri, seorang sufi terkemuka yang memainkan peran penting dalam pengembangan aliran Wujudiyah di Aceh. Dari Hamzah Fansuri, Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani belajar banyak tentang pemikiran tasawuf dan konsep-konsep spiritual yang kemudian diolah dan dikembangkan lebih lanjut dalam karya-karyanya sendiri.
Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani juga terlibat dalam perdebatan intelektual dengan ulama dan pemikir lainnya pada masanya, baik dalam lingkup lokal maupun regional. Diskusi dan pertukaran gagasan antara beliau dengan para cendekiawan lainnya memberikan kontribusi berharga dalam pembentukan dan perkembangan pemikiran Islam di Aceh dan wilayah sekitarnya. Di samping itu, penting juga untuk dicatat bahwa Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani merupakan figur yang mendorong pengembangan literatur dan keilmuan dalam bahasa Arab dan Melayu (Jawi) di Aceh. Karya-karyanya yang ditulis dalam bahasa tersebut tidak hanya memperkaya tradisi intelektual Aceh, tetapi juga menjadi jembatan komunikasi antara komunitas Muslim di wilayah tersebut dengan dunia Islam yang lebih luas.
Dengan demikian, Syekh Syamsuddin Al-Sumatrani tidak hanya dikenal sebagai seorang sufi dan pemikir, tetapi juga sebagai seorang pemimpin intelektual yang berperan dalam membangun jaringan komunikasi dan pertukaran ide di antara komunitas Muslim di Aceh dan di seluruh dunia Islam. Dengan warisan pemikiran dan praktik spiritualnya yang kaya, beliau terus menginspirasi dan membimbing generasi-generasi selanjutnya dalam pencarian makna dan kebenaran spiritual.
ESAI INI DISUSUN OLEH : MOHAMMAD AGUNG PRATAMA, MAHASISWA SASTRA MINANGKABAU UNIVERSITAS ANDALAS