Kopi Bengkulu Mendunia, Strategi Rohidin Sejahterakan Petani Kopi
Jurnalbengkulu.com - Di era Gubernur Bengkulu Dr H Rohidin Mersyah Kopi Bengkulu kembali 'unjuk gigi' di mata dunia, Kopi Bengkulu menyabet ajang Kopi Internasional dan menjadi salah satu Kopi terbaik di dunia.
Seperti diketahui, Bengkulu merupakan provinsi ketiga penghasil kopi terbesar di Indonesia setelah Sumatera Selatan dan Lampung.
Sosok Rohidin memang dikenal memiliki cara berbeda dalam mengemban amanah sebagai Gubernur Bengkulu dari Gubernur sebelumnya. Pola Gubernur di Bengkulu selama ini lebih identik dengan membagikan bantuan-bantuan yang sifatnya barang habis pakai dan cenderung tidak memberikan solusi tentang masalah yang tengah terjadi di tengah masyarakat. Dalam pengakuannya Rohidin menilai pola membagikan bantuan kepada masyarakat tidak tepat karena sifatnya sementara dan tidak mampu menyelesaikan persoalan.
Pada kesempatan kali ini kita akan mengulas persoalan Kopi di Provinsi Bengkulu yang merupakan salah satu komoditas unggulan yang dimiliki Bengkulu. Tak bisa dipungkiri selama ini Harga Kopi di Bengkulu belum mencapai titik yang mampu mensejahterakan petani dan memaksa Rohidin berpikir keras mencari akar rumput permasalahan mengapa harga kopi Bengkulu lebih rendah dibanding daerah lain.
"Memang kepemimpinan saya ini berbeda dengan Gubernur sebelum saya, saya mengurangi hal yang bersifat bantuan namun saya hidupkan perekonomian masyarakat agar daya beli mereka meningkat," ujarnya.
Setelah melakukan penelusuran akar masalah, Rohidin menemukan titik masalah bahwa Kopi Bengkulu diekspor ke Daerah lain karena tidak dapat mengolah sendiri kopi, mirisnya kopi tersebut kembali diolah oleh daerah importir dan diberi brand atau kemasan atas nama daerah tersebut. Kopi yang telah diolah di daerah importir kembali diekspor dengan selisih harga Bengkulu Rp.2000-3000.Menyikapi hal ini Rohidin akhirnya berpikir keras hingga akhirnya melakukan Penyertifikatan Kopi untuk melindungi Hak Para Petani, mendirikan Resi Gudang Kopi di Kepahiang, Pabrik Pengolahan Biji Kopi di Bengkulu Tengah agar bisa melakukan pengolahan sendiri serta menyiapkan Terminal Curah Kering di Pulau Baai untuk penampungan Kopi siap ekspor. Pelabuhan Pulau Baai pun juga dikonekvitaskan dengan tol sehingga perekonomian kian hidup di kawasan tersebut.
Pada tahun 2018, Bengkulu sudah memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bengkulu (HAM) Republik Indonesia. IG ini diberikan sebagai langkah untuk melindungi potensi kopi Bengkulu yang cukup besar.
"Untuk Kopi, ternyata Kopi kita selama ini diekspor melalui daerah lain, daerah lain pun mengolah kopi kita tersebut dan kembali mengekspor kopi kita itu dengan selisih harga hingga Rp.3.000,-. Inilah akar permasalahan kopi kita ," papar Rohidin.
"Langkah yang saya lakukan yakni kita sertifikatkan Kopi Bengkulu agar satu biji saja biji kopi Bengkulu keluar, maka harus disebutkan nama Bengkulu. Untuk itu, kita perlu melindungi hak para petani kopi Bengkulu agar tidak di klaim daerah lain. Kita kembangkan Resi Gudang di Kepahiang, kita bangun Pabrik Pengolahan di Bengkulu Tengah, serta kita siapkan terminal curah kering untuk kopi siap ekspor," sambungnya.Jika Pabrik dan terminal curah kering rampung, maka pola pengolahan Kopi ini nantinya adalah dimulai dengan Penampungan Kopi dari Petani melalui Resi Gudang di Kepahiang, dilanjutkan dengan Pengolahan biji kopi dari petani hingga menjadi Kopi siap ekspor di Pabrik Bengkulu Tengah dan terakhir Kopi siap ekspor ditampung di terminal curah kering Pulau Baai untuk siap dipasarkan.
"Nanti saya akan mengambil kebijakan kita akan ekspor kopi melalui pelabuhan kita yang akan menaikan harga kopi dan ini sifatnya permanen," tuturnya.
"Apa yang saya katakan ini bukan janji, namun sudah saya kerjakan dan sudah berprogres. Terminal curah kering telah dalam proses, resi gudang telah siap dan pabrik pengolahan biji kopi dalam proses pembangunan. Kalau ibarat mengobati orang demam, kita tidak hanya memberi kompres tapi juga kita cari sumber penyakitnya," jelasnya.
Rohidin menilai jika upaya ini dilakukan maka daya beli masyarakat akan meningkat dan ekonomi akan menggeliat di tengah masyarakat."Kalau kopi mahal, saya rasa petani tidak butuh bantuan-bantuan lagi. Dampaknya sangat luar biasa karena daya beli meningkat, tidak hanya petani kopi yang merasakan, tapi yang lain juga seperti mamang tukang bakso laris, toko bangunan ramai, bahkan petani bisa menyetop truk yang mengangkut motor untuk membeli motornya langsung di tempat tersebut," tutup Rohidin.
Sementara di akhir tahun 2019 lalu, kopi Bengkulu berhasil pemberoleh penghargaan di 3 kategori awards pada Kejuaraan Kopi Internasional AVPA (Agency for the Valorization of the Agricultural Products) di Perancis.
Bahkan presiden AVPA (Agency for the Valorization of the Agricultural Products), Philippe Juglar apresiasi langkah Gubernur Rohidin dalam mengembangkan komoditas kopi Bengkulu sehingga dapat bersaing dengan kualitas dan kuantitas yang tidak kalah dengan kopi negara produsen lain.
“Kita ucapkan terimakasih kepada Gubernur Bengkulu yang telah mendedikasikan kinerja, usaha, dan waktunya dalam mengembangkan kopi Bengkulu. Langkah yang dilakukan pak gubernur sampai saat ini sudah sangat tepat,” ungkap Phillipe.
Upaya dan kerja keras Gubernur Rohidin branding kopi Bengkulu makin terasa, setelah Bengkulu secara resmi ditetapkan sebagai tuan rumah International Coffee Day pada tanggal 01 Oktober 2020.
Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian RI Gati Wibawaningsih pada Gubernur Rohidin di penguhujung tahun 2019 lalu.
“Masyarakat Bengkulu mestinya bersyukur punya gubernur seperti Gubernur Rohidin ini, karena sangat visioner, kreatif dan inovatifdalam mengembangkan komoditas lokal hingga ke kancah internasional. Apalagi event besar ini diadakan di benteng terbesar yang memiliki nilai historis,” jelas Dirjen IKMA.(Red)